widged


i love

Senin, 26 Juli 2010

Keunikan dan Kreativitas Solo Batik Carnival

Senin, 26 Juli 2010 | 12:18 WIB

Memopulerkan Solo sebagai ibukota batik. Misi ini diangkat Solo Batik Carnival Community dengan menampilkan berbagai kreasi kostum berbahan batik. Mereka juga ingin mengangkat dan mengenalkan batik sebagai salah satu warisan budaya di Indonesia.

Sejumlah orang berkostum karnaval berlenggak-lenggok di atas karpet merah di pelataran Ciputra World, Minggu (25/7) siang. Berbagai bentuk kostum dikenakan. Mulai dari bunga matahari, anggrek, mawar, pohon kelapa, burung cenderawasih dan kupu-kupu. Mereka adalah Solo Batik Carnival Community.

Sepintas, karnaval ini mirip Jember Fashion Carnival yang digelar tahunan di Jember tiap bulan Agustus. Mereka mengenakan kostum-kostum unik dan berat, seperti halnya Mardi Gras di Amerika Serikat dan Brazilian Carnival. Tapi Solo Batik Carnival Community membuatnya sedikit berbeda.

Jika di Jember Fashion Carnival tidak ada motif kain tertentu yang digunakan, dalam Solo Batik Carnival sekitar 75 persen bahan yang digunakan harus dari batik. Sesuai nama yang diangkat serta misi yang diusung. Tapi pakem itu tidak membatasi kreativitas anggotanya. Mereka memang harus menggunakan bahan batik. Tapi tidak selalu batik khas Solo.

“Kain batik yang digunakan bebas berasal dari daerah mana atau memakai motif apa selama selaras dengan bentuk kostum yang diciptakan,” kata Rey Tanjung, Sekretaris Solo Batik Carnival Community di sela-sela Unique Contemporary Batik Festival di Ciputra World, Minggu (25/7).

Rey mengatakan, kebebasan dalam memilih motif batik tidak lepas dari niat Solo Batik Carnival Community untuk mempopulerkan beragam jenis batik di Indonesia. Memang, misi utama komunitas ini adalah menanamkan citra Solo sebagai ibukota batik. Namun mereka juga ingin dunia mengenal batik Indonesia.

Dalam komunitas ini, kreativitas masing-masing anggota menjadi kunci utama. Tidak ada tim tertentu yang bertugas mendesain dan membuat kostum yang dipakai. Masing-masing anggota menciptakan sendiri kostum yang akan dikenakan dalam karnaval.

Kreativitas masing-masing anggota ini kemudian diadu. Hanya kostum terbaik yang akan ditampilkan dalam Solo Batik Carnival yang tahun ini sudah memasuki tahun ketiga. Maupun ketika ada undangan tampil di kota lain seperti dalam Kediri Fashion Parade baru-baru ini. Maklum, jumlah anggota yang mencapai 350 orang tidak memungkinkan pengurus mengajak mereka semua.

Saat tampil pun, tidak ada tim make-up khusus untuk mendandani seluruh peserta. Masing-masing peserta berdandan sendiri sebelum tampil dengan tata rias menyesuaikan kostum yang dikenakan. “Ini sudah jadi kebijakan kami sejak awal untuk memacu kreativitas setiap anggota,” kata Rey.

Untuk anggota, Rey mengatakan tidak persyaratan khusus jika ada yang ingin bergabung dengan Solo Batik Carnival Community. Usia berapa pun boleh masuk. Menurut Rey, anggota termuda dalam komunitasnya sekarang berusia 5 tahun. Sementara yang tertua berumur 53 tahun.

Latar belakang pendidikan juga bukan jadi hal yang mutlak untuk bisa jadi anggota. Memang, mayoritas punya latar belakang pendidikan seni atau grafis. Tapi ada pula siswa SMP yang ikut tampil dengan memakai kreasi busananya sendiri.

Ning Hadiati, salah satu anggota Solo Batik Carnival, mengatakan kreativitas memang jadi penekanan utama. Ia sendiri mengaku sudah beberapa kali merombak kostum yang diciptakannya jika muncul ide baru.

“Bahkan dari kostum yang sudah pernah saya kenakan, saya kadang merombak dan mengkreasinya menjadi sesuatu yang baru,” kata Ning yang mengenakan kostum bunga matahari dalam karnaval kemarin.

Untuk penampilan di Ciputra World dan penutupan G-Walk Festival, Solo Batik Carnival mengangkat tema Sekar Jagad. Dalam tema ini, seluruh anggota diajak mengeksplorasi kekayaan flora dan fauna di Indonesia. Lahirlah 15 kostum flora dan 15 kostum fauna. Tapi untuk karnaval di Ciputra World, hanya 12 kostum flora dan 2 kostum fauna yang ditampilkan. Mereka berjalan dengan diiringi musik gamelan ciptaan sendiri.

General Manager Marketing Ciputra World, Natalia Cecilia Tanudjaja, mengatakan pihaknya sengaja mengundang Solo Batik Carnival Community untuk tampil di Unique Contemporary Batik Festival sebelum mereka ikut memeriahkan penutupan G-Walk Festival, Minggu malam. Alasannya, melalui karnaval ini, publik bisa lebih mengenal batik. Apalagi karnaval digelar di pelataran depan Ciputra World yang menghadap langsung ke Jl Mayjen Sungkono.

“Orang yang lewat otomatis pasti akan menoleh untuk melihat,” kata Natalia.

Melalui festival ini, Natalia berharap masyarakat tidak lagi menganggap batik sebagai sesuatu yang kuno dan tidak menarik. Tapi sesuatu yang bisa dikreasikan menjadi baju yang indah dan bisa dipakai seluruh lapisan masyarakat di segala umur.

“Apalagi batik termasuk warisan budaya kita, jadi harus dilestarikan dan dipopulerkan,” kata Natalia. rey

Minggu, 25 Juli 2010

Festival Layang-Layang

Sejumlah layang-layang memeriahkan acara "Jakarta International Kite Festival" di Pantai Karrnaval Ancol , Jakarta, Sabtu, (24/7). Festival bertajuk "Hijau Jakartaku" yang berlangsung hingga minggu (25/7) tersebut diikuti peserta dari 10 negara dan 15 provinsi di Indonesia. Foto : VIVAnews/Tri Saputro

Festival Layang-Layang

Jumat, 16 Juli 2010

Universitas Widya Dharma

Badan Hukum: Yayasan Pendidikan Indonesia

Berdiri: 13 Agustus 2002

Akte Pendirian: 13 Agustus 2002

Alamat:
Jalan Ki Hajar Dewantara
Klaten - 57401
Jawa Tengah

Telepon: 0272-322221, 0272-322363

Fax: (0272) 322363

Website: http://www.unwidha.ac.id

Email: info@unwidha.ac.id


PENGURUS

Ketua: DRS. H.BASUKI,MM.

Sekretaris: DRS. H. SUTARMAN WS., M.Si

Bendahara: DRS. SRI WIYATA, MSi


LEMBAGA PENDIDIKAN

Rektor/Ketua/Direktur: SUMARGANA, M.Si

Pembantu/Wakil I: TRIYONO, Prof. Dr.

Pembantu/Wakil II: SRI WIYANTO, M.Kom

Pembantu/Wakil III: SUHUD EKO YUWONO, M.Hum

Pembantu/Wakil IV: -

Deskripsi:

Visi Perguruan Tinggi:
Menjadi universitas yang handal dalam menyelenggarakan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam berbagai bidang kependidikan, ekonomi, teknologi, dan teknik serta menjadi pusat pertumbuhan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) dan pembangunan masyarakat di berbagai bidang

Misi Perguruan Tinggi:
1. Menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul dalam berbagai bidang pengetahuan, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklaq tinggi berbudaya Indonesia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni(IPTEKS) yang berwawasan luas, mampu bersaing dibidangnya dan terserap di pasar kerja.

2. Menjadi universitas yang memiliki iklim kondusif dan dinamis yang mampu mendorong pertumbuhan kehidupan ilmiah, budaya sosial, spiritual dan religi, memiliki sistem pengelolaan yang efisien dan produktif dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

3. Menyebarkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) pengembangan wilayah dan nasional demi terwujudnya kesejahteraan bangsa.

4. Meningkatkan kemampuan universitas, meliputi: sistem, organisasi, manajemen dan sumberdaya manusia sebagai pusat informasi kependidikan dan non kependidikan melalui jaringan informasi dan publikasi.

Batik Warna Alam akan Dikembangkan Pekalongan

  • Dianggap Ramah Lingkungan

Pekalongan, CyberNews. Perkembangan batik warna alam yang ramah lingkungan, sampai kini belum banyak dilakukan pengusaha asal Pekalongan. Karena itu, Politeknik Pusmanu Pekalongan akan mengembangkan batik itu melalui sosialisasi yang dilakukan dalam Jambore Batik Warna Alam Nusantara.

Direktur Politeknik Pusmanu Kota Pekalongan Drs Sony Hikmalul menjelaskan, Jambore Batik Warna Alam Nusantara 2010 itu akan dilakukan di kampusnya, Jalan Jenderal Sudirman Pekalongan.

Kegiatan itu dilakukan sebagai rasa tanggung jawab perguruan tinggi yang memiliki program studi Teknik Batik terhadap pengembangan dan pelestarian batik sebagai warisa budaya tak benda.

Menurut dia, jambore batik alam itu akan dilakukan selama tiga hari mulai 30 Juli hingga 1 Agustus di kampusnya. Dalam acara itu, dia akan bekerja sama dengan Forum Komunikasi Batik Warna Alam Jawa Tengah.

Kegiatan itu ternyata mendapatkan tanggapan positif dari beberapa lembaga batik di Indonesia, seperti Iman Sucipto, Ketua Yayasan Kadin Indonesia (pemilik Museum Batik di Pekalongan), Hj Fatchiyah A Kadir (Ketua Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan), H Afif Syakur (Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagat Yogyakarta), H Arifin Usman (Yayasan Al Ustmani Pekalongan), dan Tokoh batik warna alam Pekalongan, H Dudung Alisyahbana).

Menurut Sony, batik menggunakan pewarnaan bahan kimia sehingga berdampak pada pencemaran lingkungan. Karena itu, sebagai bentuk kepedulian dan keinginan terhadap pelestarian lingkungan maka komunitas batik warna alam bersama Politeknik Pusmanu Pekalongan akan bekerja sama menyelenggarakan jambore batik warna alam.

( Trias Purwadi /CN26 )